Saturday, March 30, 2013

Karena Kepopuleran Akan Hilang, Karena Harta akan Lenyap



               
Saat perjalanan menuju Bandung dari Yogyakarta melalui jalan pantai utara. Ada satu tempat yang punya banyak kenangan bagi saya. Itulah Brebes. Kota yang mengawali kehidupan saya, dimana di situ saya berkembang menjadi anak sesungguhnya.Dan di saat itulah, saya berkenalan dengan Rizal. Seorang teman yang telah mengubah hidup saya. Dia semula dari keluarga yang berpunya. Bahkan keluarganya termasuk keluarga yang dihormati. Bapaknya pernah menjadi Ketua RT beberapa lamanya. Ibunya seorang Pegawai negeri yang mengelola kedinas-tenaga kerjaan.


                Rumah itu ditempati keluarga Rizal saat belum jadi. Tetapi, karena niat sudah saatnya pindah dan tidak lagi mengontrak, maka Rumah itu ditempati. Rumah yang ditempati itu adalah bangunan 2 tingkat. Dari dana keringat mereka sendiri. Ibunya Rizal, walau pun sebagai wanita karier, ia tidak pernah melupakan dalam mengurus anak-anaknya. Bahkan, semenjak kecil diajarkan hidup penuh kesederhanaan. Dilatih sedemikian, agar terbiasa hidup normal, sebagaimana dirasakan anak-anak kebanyakan. Walaupun telah memiliki mobil dan motor, ibu dan ayahnya jarang sekali mengantar mereka. Dan mereka pakai angkotan kota untuk menuju sekolah. Bahkan saat pulang sekolah terkadang jalan kaki 2-3 km dari sekolah ke rumah dilakukan.

                Kalau waktunya adzan maghrib dan isya, Ibunya Rizal meminta untuk Rizal ke masjid kompleks. Bahkan ketika jadwalnya mengaji quran, ibu sampai memperhatikan betul agar Rizal kecil berangkat ke masjid. Rizal menceritakan, dari situlah kenapa ia suka ke masjid. Tumbuh dan besar dalam lingkungan masjid. Rizal hanya mengingat pesan orang tuanya untuk jadi anak yang soleh.

                Dari hal-hal itulah, sepertinya Allah sedang menunjukkan kepada Rizal bahwa segala sesuatu itu akan kembali kepada Allah. Rabbul Izzati. Pada saat krisis moneter itu, usaha dan bisnis yang dibangun orang tuanya runtuh seketika. Rugi dan ditipu Milyaran rupiah harus ditanggung. Rumah pun disita orang termasuk apa pun yang didalamnya.

                Namun, Rizal kecil sudah belajar tentang kesederhanaan, tentang kesabaran dan merintis kecintaanya kepada Allah SWT. Sehingga ujian itu tidak membuat kesederhanaan Rizal kecil berubah. Popularitas orang tuanya pun runtuh dan hancur berkeping-keping. Sekali lagi, Rizal tak berkecil hati. Karena ia tahu, itu semua milik Allah SWT.

                Rizal kecil pun terpaksa ikut orang tua lari dari kota tersebut. Jauh ke tempat yang belum pernah ia lalui dan tempati. Ke kota bawang ini, Rizal kecil memulai sejarahnya kembali. Saya banyak belajar dari dirinya.  Rumahnya kembali mengontrak. Dengan barang yang serba adanya. Seperti sedia kala. Bahkan, sekolahnya yang jauh, ditempuhnya dengan jalan kaki saat berangkat atau pun pulang. Ya, dia tahu bahwa semua ini adalah milik Allah SWT.

                Rizal kecil telah memahami benar bagaimana kesusahan hidupnya. Ia tau harus berbuat apa di tempat yang belum pernah ia dengarkan bahasa jawa sebelumnya. Di sinilah, rizal, sahabatku itu menjadi siswa teladan sekolah dan sekaligus ketua PMR Madya sekolah itu. Mendapatkan rangking di kelas.
                Ingin bertemu kembali dengan Rizal sahabatku tersebut. Salam persahabatan untukmu.

============================
Rizqi Awal: Penulis, Entrepeneur, Islamic Activist, dll
Pin BB: 329b88dc e-mail: picteam.training@gmail.com

No comments:

Post a Comment

Popular Posts